Kamis, 17 November 2011

MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI OPTIMALISASI REPRESENTASI PEMBELAJARAN DALAM RANGKA PEMBELAJARAN KUANTUM


MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI OPTIMALISASI REPRESENTASI PEMBELAJARAN DALAM RANGKA PEMBELAJARAN KUANTUM


oleh
I Wayan Puja Astawa
Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja

ABSTRAK


Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran ditinjau dari kemampuan guru merancang representasi pembelajaran dan perilaku siswa dalam proses pembelajaran, mengetahui efektivitas representasi pengajaran dalam kerangka pembelajaran kuantum untuk meningkatkan hasil belajar matematika, dan menemukan kendala-kedala yang dihadapi guru matematika dalam pemilihan representasi pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas I2 SMU Negeri 4 Singaraja tahun ajaran 2003/2004 yang berjumlah 43 orang. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah kemampuan merancang representasi pembelajaran, perilaku siswa dalam proses belajar mengajar, hasil belajar matematika, dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam memilih representasi pengajaran. Semua data dianalisis secara deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas proses pembelajaran meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya kemampuan guru merancang representasi pembelajaran dan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran. Skor kemampuan guru merancang representasi pembelajaran pada siklus I sebesar 2,85 dan pada siklus II sebesar 3,15 yang keduanya tergolong klasifikasi baik, sedangkan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dari rata-rata 18,5 yang berkategori baik pada siklus I menjadi 22,5 yang berkategori sangat baik pada siklus II. Di samping itu, representasi dalam kerangka pembelajaran kuantum efektif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar dari rata-rata 4,36 menjadi 6,77 walaupun belum memenuhi harapan seperti tuntutan kurikulum. Dalam memilih representasi, ada beberapa kendala yang dihadapi guru, seperti beragamnya latar belakang siswa, keterbatasan buku sumber dan keterbatasan alokasi waktu.

Kata kunci : representasi pembelajaran, pembelajaran kuantum



ABSTRACT


The objectives of this research were: (a) to increase quality of learning process which relates to teacher’s ability in choosing teaching representation and students’ behaviour in learning proses; (b) to know the effectiveness of teaching representation implemented in quantum teaching in increasing students’ achievement in mathematics, and (c) to find out the constrains faced by mathematic teacher in choosing representation. It was a classroom action research using students of I2 SMU Negeri 4 Singaraja in the academic year 2003/2004 as its subject. The total subjects involved in this research were 43 students. Data in this research related to the ability of mathematic teacher in choosing a representation, the students’ behaviour in learning process, the effectiveness of representation implemented in quantum teaching to increase students’ achievement in mathematics, and the constrains faced by the teacher in choosing representation. All data were analyzed descriptively. The results of the research showed that the quality of learning process was increased which could be seen from the increament of teacher’s ability in choosing representations and from  good students behaviour in learning process. The mean score of teacher’s ability in choosing representations increased from 2.85 to 3.15 which was classified as good category for both mean scores. Moreover, the score of students behaviour in learning process increased from 18.5 (good) to 22.5 (excellent). In addition, the representation implemented in quantum learning was effective to increase students’ achievement from 4.36 to 6.77 eventhough both scores were not fulfill curriculum stipulation yet. In choosing representation, some contrains were found by the teacher such as heterogeneous of students’ academic background, limitation of references, and limitation of time.

Key words : teaching representation, quantum teaching


1.  Pendahuluan
            Peranan guru dalam proses pembelajaran sangat penting karena seorang guru harus merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukannya. Tahap merancang pembelajaran merupakan tahap yang menentukan keberhasilan dari suatu pembelajaran yang akan dilakukan. Pada tahap ini seorang guru membuat rencana detail apa dan bagaimana pembelajaran yang akan dilakukannya di dalam kelas. Rencana pembelajaran yang baik setidak-tidaknya akan memberikan peluang pelaksanaan dan hasil yang baik pula. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam membuat rencana pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dan bukan didiktekan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran (Bodner, 1986).
            Kelemahan dalam merancang pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi pelajaran berakibat pada hasil pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kelemahan ini sering muncul pada guru-guru matematika di SMU yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika di kelas I2 SMU Negeri 4 Singaraja tahun ajaran 2002/2003 mengkonfirmasi kelemahan ini. Di samping itu, pembelajaran yang dilakukan masih bersifat teacher oriented sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Masalah lain yang teridentifikasi dari observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut. Komunikasi masih bersifat satu arah; siswa masih sedikit yang berpartisipasi dalam pembelajaran; soal-saol latihan masih beorientasi pada buku teks yang kurang mengaitkan dengan situasi psikologis siswa;  kemajuan yang dicapai oleh para siswa kurang dihargai.
             Di pihak lain, output yang dihasilkan dalam situasi pembelajaran seperti di atas masih jauh dari harapan. Berdasarkan hasil wawancara dan pencatatan dokumen yang dilakukan oleh guru matematika yang mengajar di kelas I2 SMU N 4 Singaraja di atas diperoleh data-data prestasi belajar dan ketuntasan belajar matematika siswa sebagai berikut. Rata-rata prestasi belajar matematika sebesar 6,26 dan ketuntasan belajar sebesar 60,9%. Hasil ini masih sangat jauh dari harapan yang tersurat dalam GBPP kurikulum 1994.
            Mencermati permasalahan yang dialami oleh guru seperti di atas, yang berimplikasi pada hasil belajar siswa, perlu dicarikan suatu solusi agar pembelajaran yang dilaksanakan memberikan hasil yang lebih baik. Untuk mengatasi masalah tersebut, akan diupayakan memperbaiki representasi pengajaran matematika. Representasi ini merupakan salah satu proses matematik yang termuat dalam prinsip-prinsip dan standar untuk matematika sekolah yang mengacu pada proses dan produk (NCTM, 2000). Pemilihan representasi ditekankan pada pengalaman siswa karena pengalaman sehari-hari siswa memegang peranan penting untuk pembentukan suatu konsep dalam pembelajaran matematika (Price, 1996; Civil, 1998; Binaja, 2000; Soejadi, 2000; Zamroni, 2000).
Di samping mengerti konsep, pembelajaran yang menekankan pada pengalaman siswa akan membantu siswa melihat kemanfaatan matematika. Pengalaman yang penting dalam pembelajaran matematika adalah pengalaman yang berkaitan dengan kenyataan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Van de Henvel-Panhuzien (dalam Djoko Waluyo dkk, 2001) yang mengatakan bahwa siswa akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika bila mereka belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari. Representasi pengajaran seperti di atas dapat diimplementasikan dalam pembelajaran kuantum yang merupakan suatu model pembelajaran berwawasan konstruktivis karena penerapan pembelajaran kuantum menunjukkan hasil yang menggembirakan (Nilandari, 2000).
Pembelajaran kuantum menyadari kompleksitas dari suatu proses pembelajaran dan kemanfaatannya bagi pebelajar dan lingkungannya. Implementasi pembelajaran kuantum menggunakan kerangka rancangan TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Tumbuhkan berarti tumbuhkan minat dengan memberi rasa puas pada pertanyaan siswa tentang ‘apa manfaatnya bagiku’ dan manfaatkan kehidupan pelajar. Alami dimaksudkan untuk menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Namai bermakna menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, dan strategi. Demonstrasikan mengandung makna penyediaan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan kemampuannya. Ulangi berarti menunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka benar-benar tahu akan apa yang dipelajari. Rayakan bermakna pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan (Nilandari, 2000).
Pembelajaran kuantum berakar dari beberapa teori belajar modern seperti accelerated learning dan neurolinguistic program (Abdurrahman, 1992).  Dalam pelaksanaannya diperlukan penataan panggung belajar (ruang kelas) yang nyaman dan menyenangkan. Panggung belajar ini berdimensi empat aspek, yaitu suasana, landasan, lingkungan dan rancangan. Suasana kelas meliputi bahasa yang digunakan, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, sikap terhadap sekolah dan belajar. Suasana yang menggembirakan akan membawa kegembiraan juga dalam belajar. Landasan merupakan kerangka kerja seperti tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. Lingkungan adalah cara penataan ruang kelas yang meliputi pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik dan semua hal lain yang mendukung proses belajar. Rancangan merupakan penciptaaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi.

2.  Metode Penelitian
            Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas I2 SMU N 4 Singaraja tahun ajaran 2003/2004 yang berjumlah 43 orang. Objek penelitiannya adalah kualitas proses dan hasil belajar matematika dalam pokok bahasan Matriks dan Grafik Fungsi Kuadrat dengan pemilihan suatu representasi. Representasi digunakan dalam menyajikan konsep, menumbuhkan pemahaman siswa dan memodelkan ke dalam representasi yang lain dalam soal cerita (Asa’ri, 2001). Dalam penelitian ini, representasi lebih ditekankan pada pemilihan situasi sehari-hari untuk menyajikan konsep matematika.
            Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan rancangan dari Kemmis dan Taggart (1988), yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan observasi, dan refleksi.
Pada perencanaan tindakan, dilakukan persiapan yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari: menetapkan rancangan representasi. Representasi penyajian konsep yang dipilih adalah permainan bola tenis dan ayunan bandul untuk pokok bahasan grafik fungsi kuadrat. Untuk pokok bahasan matriks, dipilih representasi penyusunan barang-barang belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Dengan representasi yang telah dipilih, selanjutnya dibuat (a) rencana pembelajaran yang berpedoman pada representasi kemudian diimplementasikan dalam kerangka pembelajaran kuantum, (b) alat evaluasi dan (c) pedoman wawancara. Alat evaluasi berupa tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui efek pemberian tindakan terhadap hasil belajar siswa sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam pemilihan representasi pengajaran.
Sebelum pembelajaran dilakukan, guru menata ruang kelas agar tercipta suasana kondusif (menyenangkan) untuk pembelajaran. Pada tahap ini, diinformasikan pelaksanaan pembelajaran, dipersiapkan perangkat yang diperlukan dan diorganisasikan siswa untuk belajar. Pelaksanaan pembelajaran kuantum yang berdasarkan kerangka TANDUR dengan representasi yang telah dipilih dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

Kerangka pembelajaran kuantum

Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa

TUMBUHKAN
Guru memberikan apersepsi dengan menekankan manfaat materi pembelajaran yang akan dilakukan
ALAMI
Guru menyajikan konsep dengan menggunakan representasi yang sesuai dengan latar belakang siswa dan siswa mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalamannya
NAMAI
Guru menyediakan kata-kata kunci, petunjuk singkat dan penjelasan minimal dari suatu konsep yang dipelajari



DEMONSTRASIKAN
Siswa menunjukkan kemampuannya dalam mengkonstruksi pengetahuan/konsep yang sedang dibahas seperti menjawab pertanyaan, mengerjakan soal, mengkomunikasikan di depan kelas, atau mengomentari pendapat teman lain.
ULANGI
Guru memberikan beberapa latihan soal yang mengarah pada kegiatan siswa untuk mengulangi pembentukan konsep yang telah dilakukan
RAYAKAN
Siswa yang menunjukkan kemajuan dalam belajar mendapat penghargaan (reinforcement) dari guru. Penghargaan verbal dipilih dalam penelitian ini.
Tahapan pembelajaran ini dilakukan dalam dua siklus, dengan masing-masing siklus untuk satu pokok bahasan.
Dalam setiap siklus, dilakukan dua evaluasi, yaitu evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan untuk melihat kesesuaian dengan perencanaan beserta kendala-kendalanya dan evaluasi terhadap efek pemberian tindakan dengan melihat aktivitas dan hasil belajar. Selain evaluasi, juga dilakukan observasi yang bertujuan untuk melihat perilaku siswa dalam proses pembelajaran.
            Refleksi dilakukan dengan tujuan, baik untuk melihat kelemahan-kelemahan maupun kendala-kendala pada tindakan yang dilakukan agar tindakan berikutnya menjadi lebih optimal. Refleksi pada akhir siklus 1 digunakan untuk memperbaiki tindakan pada siklus 2 sehingga menjadi lebih akurat.
            Ada empat jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian, yaitu kemampuan merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat, hasil belajar, perilaku siswa dalam pembelajaran, dan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam memilih representasi matematika. Data kemampuan merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat dikumpulkan dengan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) yang dimodifikasi dari buku petunjuk pelaksanaan PPL IKIP Negeri Singaraja dengan 13 indikator. Modifikasi dilakukan pada indikator penentuan alat bantu mengajar, penentuan sumber belajar, pilihan jenis kegiatan belajar, dan urutan langkah-langkah mengajar. Modifikasi ditekankan pada pemilihan representasi matematika dan pelaksanaannya pada pembelajaran kuantum. Setiap indikator mempunyai rentangan skor 0 – 4 sehingga skor maksimum ideal sebesar 52 dan skor minimum ideal sebesar 0. Selanjutnya, kemampuan ini digolongkan dengan menggunakan klasifikasi sangat baik, baik, sedang, kurang, dan sangat kurang seperti dalam Nurkencana dan Sunartana (1992). Data hasil belajar dijaring dengan tes hasil belajar dan dianalisis dengan membandingkan rata-ratanya tiap siklus dan dengan ketetapan kurikulum. Data perilaku siswa dalam pembelajaran diobservasi dengan menggunakan lembar observasi dengan tujuh indikator yang diamati seperti dalam Sarna (2001). Ketujuh indikator tersebut adalah interaksi anak selama kegiatan pembelajaran, keberanian anak dalam bertanya/ mengemukakan pendapat, partisipasi anak dalam pembelajaran, motivasi dan kegairahan anak dalam pembelajaran, kehadiran, hubungan anak dengan anak, dan hubungan anak dengan guru. Analisis terhadap data perilaku siswa dalam pembelajaran sama dengan analisis data kemampuan guru merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat. Data terakhir berupa kendala-kendala dalam memilih representasi digali dengan wawancara kemudian dicatat sesuai dengan kendala yang diungkapkan oleh guru.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
            Kualitas proses pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran dengan representasi pengajaran dalam kerangka pembelajaran kuantum tergolong baik. Hasil ini dapat dicermati dari dua aspek. Pertama, aspek kemampuan guru kemampuan guru merancang pembelajaran dan perilaku siswa di dalam kelas selama mengikuti pembelajaran. Skor kemampuan guru merancang representasi pembelajaran pada siklus I sebesar 2,85 dan pada siklus II sebesar 3,15 yang keduanya tergolong klasifikasi baik, sedangkan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dari rata-rata 18,5 yang berkategori baik pada siklus I menjadi 22,5 yang berkategori sangat baik pada siklus II.
Atmosfir akademik selama proses pembelajaran juga baik. Hal ini dapat dilihat terjadinya pergeseran paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini mendorong munculnya perilaku positif siswa dalam pembelajaran. Siswa mulai berani menunjukkan kinerjanya. Konsep-konsep dasar dari fungsi kuadrat seperti sumbu simetri, titik puncak, dan grafiknya mudah mereka pahami lewat pengamatan lintasan bola tenis dan bandul yang dimainkan oleh teman-temannya. Demikian juga halnya dengan konsep matrik seperti baris, kolom, elemen-elemen matriks mampu didefinisikan sendiri oleh siswa. Rata-rata 90% siswa ikut aktif selama proses pembelajaran. Aktivitas ini dapat dilihat dari pertanyaan maupun komentar mereka kepada guru maupun teman lainnya.
Berbeda dengan kualitas proses pembelajaran, kualitas hasil belajar masih belum menggembirakan. Hasil belajar pada siklus I rata-ratanya sebesar 4,36. Hasil ini tergolong sangat kurang, sedangkan hasil belajar pada siklus II lebih baik daripada hasil belajar pada siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 6,77 yang tergolong cukup baik.
Hasil lain yang diperoleh adalah kesadaran guru bahwa representasi pengajaran yang tepat memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Namun, dalam memilih representasi yang tepat, terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru. Kendala-kendala tersebut adalah latar belakang siswa yang sangat heterogen, kurang tersedianya buku-buku sumber, dan ketersediaan alokasi waktu yang terbatas.

3.2 Pembahasan
            Implementasi pembelajaran kuantum dengan representasi yang telah dilakukan mampu menghasilkan kualitas proses pembelajaran yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari dua sisi. Sisi pertama, meningkatnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran yang memungkinkan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan karena sesuai dengan latar belakangnya (situasi nyata yang mereka alami). Situasi yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran telah akrab dikenal oleh siswa. Hasil ini menguatkan temuan bahwa pengalaman sehari-hari sangat penting dalam pembentukan suatu konsep (Price, 1996; Civil, 1998; Binaja, 2000; Soejadi, 2000; Zamroni, 2000). Di samping itu, representasi yang tepat akan membantu siswa untuk memahami konsep secara utuh sehingga memungkinkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Pentingnya representasi dalam pembelajaran matematika seperti di atas juga ditekankan oleh As’ari (2001).
Sisi yang kedua dari peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari perilaku anak dalam proses belajar mengajar. Pada kedua siklus, perilaku anak dalam proses belajar mengajar tergolong baik. Perilaku anak ini dilihat dari interaksi anak selama kegiatan pembelajaran, keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendapat, partisipasi anak dalam pembelajaran, motivasi dan kegairahan anak dalam pembelajaran, kehadiran, hubungan anak dengan anak, dan hubungan anak dengan guru. Perilaku siswa yang baik ini tumbuh dan berkembang dalam suasana yang alami sebagai akibat dari keterlibatan kognitif mereka secara aktif.
            Meningkatnya kualitas proses pembelajaran tidak diikuti oleh peningkatan kualitas hasil belajar. Rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 4,36 tergolong sangat kurang. Hasil belajar pada siklus II lebih baik daripada hasil belajar pada siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 6,77 tergolong cukup baik. Ketuntasan belajar pada siklus I hanya 1%, sedangkan ketuntasan belajar pada siklus II sebesar 58 %. Bila hasil-hasil ini dikomparasikan dengan standar yang diharapkan dalam kurikulum 1994, masih jauh terjadi ketimpangan yang mensyaratkan rata-rata 6,0 dengan ketuntasan belajar 85%. Hasil-hasil ini tidak sesuai dengan temuan DePorter dkk. (dalam Nilandari, 2000) yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar. Perbedaan ini dapat ditelusuri sebagai berikut. Selama kegiatan penelitian, terjadi dua kejadian yang tidak diperhitungkan sebelumnya yang berimbas pada hasil penelitian yang diharapkan. Kejadian yang pertama adalah perubahan kebijakan tentang pelaksanaan kurikulum dari kurikulum 1994 ke kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kegiatan peringatan hari ulang tahun sekolah dan hari libur/cuti bersama yang banyak menyita waktu. Kegiatan pertama mengakibatkan persipan peneliti/guru yang telah disusun sebelumnya menjadi mubazir dan kegiatan kedua menggangu konsentrasi siswa dalam belajar. Di samping itu, pelaksanaan evaluasi yang waktunya jauh setelah pembahasan pokok bahasan dan dilakukan setelah siswa libur panjang menyebabkan mereka tidak mampu menunjukkan hasil belajar terbaiknya. Pelaksanaan pembelajaran kuantum juga tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Pemberian musik selama proses pembelajaran yang merupakan unsur penting dalam menciptakan kondisi alpha dalam belajar tidak dapat dilaksanakan.

4.  Penutup
            Beberapa simpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kualitas proses pembelajaran dilihat dari kemampuan guru menyiapkan representasi pengajaran dan perilaku siswa dalam pembelajaran di kelas tergolong baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kemampuan guru dalam merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat. Selain itu, atmosfir dalam kelas juga baik selama proses pembelajaran berlangsung. Kedua, hasil belajar pada siklus I rata-ratanya sebesar 4,36. Hasil ini  tergolong sangat kurang. Hasil belajar pada siklus II lebih baik daripada hasil belajar pada siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 6,77 yang tergolong cukup baik. Dilihat dari hasil kedua siklus, maka representasi pengajaran dalam kerangka pembelajaran kuantum efektif untuk meningkatkan hasil belajar. Namun, dilihat dari ketetapan kurikulum, hasil ini belum memenuhi harapan. Ketiga, beberapa kendala yang dihadapi guru dalam memilih representasi adalah latar belakang siswa yang sangat heterogen, kurang tersedianya buku-buku sumber, dan ketersediaan alokasi waktu yang terbatas.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, beberapa saran dapat diajukan. Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran dengan memilih representasi yang tepat perlu terus ditingkatkan. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan optimalisasi representasi dalam kerangka pembelajaran kuantum seperti di atas belum berjalan optimal. Oleh karena itu, disarankan kepada guru matematika/peneliti lain untuk melihatnya pada situasi kelas dan sekolah yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2000. Buku Petunjuk Pelaksanaan PPL IKIP Negeri Singaraja. Singaraja. LPPL IKIP Negeri Singaraja
Abdurrahman, Alwiyah. 1992. Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan.terjemahan dari Quantum Learning: Unleashing The Genius In You Karya Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. Bandung. Kaifa
As’ari Abdurrahman. 2001. representasi: Pentingnya dalam Pembelajaran Matematika. Matematika, Jurnal Matematika atau Pembelajarannya.7(2)
Binadja, A. 2000. Wawasan Set dalam Kurikulum Matematika. Makalah disampaikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia
Bodner, G. M. 1986. Constructivism: A Theory of Knowledge. Journal of Chemical Education. 63 (10)
Civil, M. 1998. Bridging in School Matematics and Out-of School Mathematic : a refection. www.hedgehog.math.arizona.edu/~bridge/aerag8.html
Djoko Waluyo, dkk. 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika di Kelas 1 Sekolah Dasar melalui Optimalisasi Representasi Pengajaran. Proposal penelitian tidak diterbitkan
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta. Depdikbud Dirjrn Dikti.
Kemmis, W.C and Taggart, R.M. 1988. The Action Research Planner. Geelong Victoria. Deakin University
McNiff, J. 1992. Action Research: Principles and Practice. New York. Chapmann and Hall Inc.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. www.nctm.org
Nilandri, Ary. 2000. Quantum Teaching: Mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Terjemahan dari Quantum Teaching: Orchestrating Student Success karya Bobby DePorter dkk. Bandung. Kaifa
Nurkencana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional
Price, J. 1996. President’s Report: Building Bridges of Mathematical Understanding for All Children. Journal for Research in Mathematics Education. 27, 603-608
Soedjadi, R. 2000. Nuansa Kurikulum Matematika Sekolah di Indonesia. Majalah Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konferensi Nasional Matematika X ITB, 17 –20 Juli 2000)
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta. Bigraf. Publishing

1 komentar on "MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI OPTIMALISASI REPRESENTASI PEMBELAJARAN DALAM RANGKA PEMBELAJARAN KUANTUM"

Anisa Rosmala Dewi on 4 Januari 2012 pukul 05.23 mengatakan...

Menurut pendapat saya,pada jurnal pendidikan tentang Meningkatkan Kualitas proses dan Hasil pembelajaran Matematika melalui Optimalisasi Representasi pembelajaran dalam rangka Pembelajaran Kuantum ini mempunyai tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang ditinjau dari kemampuan guru yang merancang representasi pembelajaran dan perilaku siswa dalam proses pembelajaran . Pada penelitian yang sudah dilakukan ,memperoleh hasil penelitian yang menunujukan bahwa kualitas pembelajaran tersebut meningkat.
Adapun peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting karena seorang guru harus merancang ,melaksanakan dan bisa mengevaluasi pembelajaran yang akan dilakukannya. Pada tahap perancangan pembelajaran,menurut saya merupakan tahap yang menentukan keberhasilan dari suatu pembelajaran yang akan dilakukan. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam membuat rencana pembelajaran yaitu dengan perencanaan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dan bukan didekte dari guru.
Kelemahan yang terjadi pada guru contohnya saja dalam merancang pembelajaran yang tidak sesuai pada karakteristik siswa. Disamping itu,pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat teacher oriented sehingga aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Cara mengatasi masalah tersebut dapat diupayakan memperbaiki representasipengajaran matematika. Pemilihan representasi ini ditekankan pada pengalaman siswa karena adanya pengalaman sehari – hari ,siswa yang memegang peranan penting untuk pembentukan suatu konsep dalam pembelajaran matematika. Disini,pengalaman yang penting dalam pembelajaran matematika yanitu pengalaman yang berkaitan dengan kenyataan sehari – hari.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran pelaksanaanya dapat ditentukan dengan ruang kelas yang nyaman dan menyenangkan. Adapun suasana kelas yang meliputi bahsa yang digunakan , cara menjalin rasa simpati dengan siswa dan sikap terhadap sekolah dan belajar. Metode penelitiannya berobjek pada kualitas proses dan hasil belajar matematika dalam pokok bahasan matriks dan grafik fungsi kuadrat dengan pemilihan suatu representasi. Menurut saya,pada perencanaan pendidikan dapat dilakukan persiapan yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari rancangan representasi.
Pada pembuatan data,ada 4 jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian yaitu : kemampuan merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat,hasil belajar,perilaku siswa dalam pembelajaran dan kendala – kendala yang dihadapi. Analisis terhadap data perilaku siswa dalam pembelajaran sama dengan analisis data kemampuan guru merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat.
Adapun hasil penelitian dan pembahasan yaitu kesadaran guru bahwa representasi pengajaran yang tepat memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas hasil dan proses belajar. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan optimalisasi representasi dalam kerangka pembelajaran kuantum seperti pada contoh penelitian diatas belum maksimal,untuk itu dihimbau kepada guru matematika atau penelitian lain untuk melihatnya pada situasi kelas dan sekolah yang berbeda.

Posting Komentar

Followers

Labels

 

Inovasi Pembelajaran Matematika Copyright 2009 Shoppaholic Designed by Ipietoon Image by Tadpole's Notez